Mengetuk Pintu-pintu Pertolongan Allah
Membuka Pintu-pintu Pertolongan Allah
Pertolongan Allah itu pasti. “Jika kalian menolong( agama ) Allah, maka Allah pasti akan menolong kalian dan mengukuhkan pijakan kalian”. (QS Muhammad : 7) Firman Allah tersebut menegaskan rumusan pertolongan Allah yang bersifat timbal balik, sebagai kesinambungan daripada ketaatan yang tinggi kaum beriman. Bantuan dan pertolongan Allah tidak akan datang begitu saja. Allah tidak akan memberi bantuan itu secara percuma.
Allah SWT menghendaki bahawa pembelaan-Nya kepada orang-orang beriman terwujud dengan adanya usaha daripada diri mereka sendiri, agar mereka mencapai kematangan dari celah-celah kesulitan yang mereka alami. Seseorang akan mencapai kematangan ketika potensi dan kekuatan terpendamnya bangkit. Dan keadaan ini tidak akan wujud kecuali ketika ia berhadapan dengan marabahaya. Ketika seseorang melakukan usaha membela diri dan menghimpun seluruh tenaganya untuk sesuatu yang mengancam aqidah, prinsip dan kehidupannya, di sanalah seluruh sel kekuatannya akan bangkit.
Andai pertolongan Allah itu datang tanpa melalui susah payah, maka kenikmatan yang terjadi sesudah itu mungkin akan menjadi penghalang munculnya potensi kekuatan yang dimiliki oleh seseorang. Disamping itu bantuan Allah yang diturunkan itupun mungkin rasanya tidak begitu bernilai, lantaran tidak ada tuntutan pengorbanan yang bererti untuk memperolehinya.
Dalam perang badar misalnya, pertolongan Allah datang tatkala kaum muslimin telah membuktikan dua perkara.
Pertama, motivasi mereka sangat kuat dalam membela agama Allah, meskipun kaum muslimin ketika itu menyedari akan berhadapan dengan pasukan musuh yang jauh lebih besar dan lebih hebat berbanding mereka. Dalam perang tersebut, sejarah memperlihatkan indahnya kesungguhan dan keikhlasan para perajurit Islam dalam membela agama Allah dengan harta dan jiwa raga mereka.
Kedua, ketaatan dan kepatuhan mereka kepada pemimpin mereka Rasulullah SAW. Ketaatan tersebut dijiwai oleh Iman yang tertancap dalam dada mereka, sehingga sukar untuk dipatahkan oleh dahsyatnya pertempuran.
Pertolongan Allah pun datang pada masa yang tepat sebagai kesinambungan logik dari kedua-dua faktor di atas. Meskipun secara jumlah dan persiapan perang kaum muslimin jauh lebih lemah, namun dalam perang itu kaum muslimin memperolehi kemenangan gemilang.
Kesimpulannya, Allah menjadikan pertolongan-Nya kepada orang beriman hanya bila ada usaha daripada diri mereka sendiri. Allah tidak memberi pertolongan-Nya sebagai sesuatu yang dijatuhkan begitu saja dari langit. Apa saja usaha yang harus dilakukan sehingga kita layak mendapat pertolongan Allah?
Pertama, membersihkan niat beramal daripada segala motivasi yang tidak bersih. Itulah ikhlas. Ikhlas adalah kunci pertama yang paling penting bagi terbukanya pintu pertolongan Allah. Nilai suatu pekerjaan sangat bergantung kepada kadar keikhlasan pelakunya. Meski secara zahir suatu pekerjaan itu berat dan membela kepentingan Islam, namun apabila pelakunya tidak memiliki niat yang ikhlas, maka amalnya akan sia-sia. Kalau tidak akan mendatangkan seksa. Ada orang yang mungkin dinilai baik oleh manusia, tapi dia berniat melakukannya untuk populariti dan kepentingan duniawi. Orang seperti ini tidak akan mendapat pertolongan Allah. Dengan kata lain, wujud keikhlasan tidak boleh terlihat sekadar bila seseorang melakukan sesuatu pekerjaan yang berat dan menanggung risiko. Bahkan dalam medan jihad, dalam sebuah hadis pernah diceritakan kisah seorang pemuda yang kelihatan gagah berani di medan pertempuran. Namun, Rasulullah SAW mengatakan bahawa pemuda itu adalah penghuni neraka. Di akhir pertempuran, para sahabat mendapati pemuda itu menghunus pedangnya ke tubuhnya sendiri lantaran tidak kuat menahan kesakitan.
Kedua, berdoa dengan penuh kepasrahan kepada Allah SWT. Dalam Al-Quran disebutkan, “Berdoalah kepada Rabbmu dengan rasa takut dan suara lirih…” (QS Al-A’raaf: 55). Berdoa dengan rasa takut dan suara lirih, merupakan salah satu bentuk kesungguhan dan kepasrahan di hadapan Allah. Memanjatkan doa kepada Allah harus dilakukan dengan hati yang bersungguh-sungguh, penuh kosentrasi, sebagai bukti kerendahan dan harapan penuh kita kepada Allah SWT. Permohonan seperti ini, insya Allah akan dikabulkan. Rasulullah SAW bersabda, “Adakalanya seseorang yang rambutnya terurai dan berdebu, bahkan diusir daripada semua pintu rumah orang kerana hina dalam pandangan manusia. Namun, kalau dia sungguh-sungguh meminta kepada Allah, pasti Allah mengabulkannya”. (HR Muslim)
Ketiga, yakini bahawa kehidupan ini adalah ladang amal yang tanpa batas untuk meraih kebahagiaan di akhirat. Lingkup amal yang harus dilakukan itu meliputi seluruh waktu kehidupan seseorang. Selama ia masih hidup, selama itu pula ia diperintahkan untuk terus berusaha dan berjuang sebatas kemampuan yang dimiliki. Tidak ada ujian hidup yang melanggar kemampuan manusiawi. Dalam surah al-Baqarah, Allah telah menegaskan, “Allah tidak akan membebani seseorang kecuali sebatas kemampuannya”. Seberat manapun ujian dan kesulitan hidup, pasti masih berada dalam batas kemampuan manusia untuk memikulnya. Dan manusia dapat memikul beban tersebut, hanya dengan kualiti iman yang baik.
Keempat, hindarilah mengatakan bahawa kita sudah habis kesabaran menghadapi keadaan yang tidak sesuai. Ini kerana pada dasarnya batas kesabaran itu tidak ada. Batas kesabaran sama dengan batas manusia hidup. Dan selama itu tidak ada pernyataan bahawa kesabaran kita sudah habis. Sabar ertinya tahan menderita menghadapi perkara-perkara yang tidak menyenangkan diri dan sanggup menahan diri ketika memperoleh perkara-perkara yang menyenangkan sehingga tidak terjerumus kepada perbuatan maksiat.
Bersabar dalam penderitaan dan kesenangan menjadikan seseorang selalu dekat kepada Allah dan menjaga diri daripada segala perkara yang dapat menimbulkan kemurkaan Allah. Orang ini berhak mendapat kasih sayang Allah, sehingga menjadi hamba yang dekat dengan Allah. Pertolongan Allah pun akan sangat mungkin turun kepada hamba-hamba-Nya yang bersabar. Justeru dengan bersabarlah para salafussoleh merasai kenikmatan dalam hidup. Seperti dikatakan Umar bin Khattab, “Kami mendapatkan kebaikan hidup kami dengan bersabar”.
Ali bin Abi Talib berkata, “Ketahuilah bahawa posisi sabar bagi iman adalah seperti posisi kepala bagi tubuh. Jika kepala terputus, maka matilah badan”. Kemudian beliau meninggikan suaranya, “ketahuilah bahawa tidak beriman orang yang tidak bersabar”. Umar bin Abdul Aziz berkata, “Allah tidak memberi suatu kenikmatan kepada hamba-Nya, kemudian dia mencabutnya daripada orang itu dan menggantinya dengan sabar, maka penggantinya itu lebih baik daripada apa yang dicabut daripadanya”. Itulah pertolongan Allah.
Kelima, pantang berputus asa daripada rahmat Allah. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tiga golongan kelak tidak akan diperiksa lagi perkaranya (di akhirat). Iaitu…orang-orang yang berputus asa daripada rahmat Allah”. (HR Tabrani, Abu Ya’la, dan Bukhari dalam kitab Adab). Putus asa ialah sikap tidak mempunyai harapan baik dan masa depan. Sikap putus asa timbul pada diri orang yang kurang beriman pada kemurahan Allah SWT kepada makhluk-Nya. Lantaran keadaan tersebut, seseorang bahkan menuduh Allah tidak adil kerana menjadikan dirinya dalam kesulitan atau kesusahan. Dengan kata lain, orang yang putus asa adalah orang yang mengingkari sifat keadilan, kemurahan dan kebijaksanaan Allah kepada makhluk-Nya. Sikap ini pasti menjadikan Allah murka.
Keenam, tetap memelihara sikap istiqamah. Paling utama dengan memperbanyak ibadah dan menjauhi maksiat. Orang yang istiqamah atau berpegang teguh kepada petunjuk Allah akan selalu dituntun kepada kebenaran. Orang yang istiqamah menjalani kehidupan di dunia ini akan dibebaskan oleh Allah daripada perasaan resah, takut dan khuatir menghadapi segala ujian dan cubaan hidup. Orang sebegini akan selalu berada di bawah kasih sayang Allah. Di manapun mereka berada, mereka selalu dinaungi malaikat rahmat, kerana mereka selalu dekat dengan Allah. Orang yang dekat dengan Allah delalu didengari dan diperhatikan oleh Allah sehingga mreka merasa aman dan tenteram, tanpa sedikit pun merasa sedih dan was-was menghadapi tentangan hidup. “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan “Rabb kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqamah, maka tidak aada kekhuatiran terhadap mereka dan mereka tidak (pula) berdukacita”. (QS Al-Fushshilat: 30)
Ketujuh, jangan sekali-kali menyalahkan ketentuan Allah. Tambahan pula dilanjutkan dengan doa untuk keburukan. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak sekali-kali seorang muslim di bumi ini berdoa kepada Allah meminta suatu permintaan, melainkan Allah akan memberi apa yang dia minta atau memalingkan daripadanya suatu kejahatan yang semisal dengan permintaannya, selagi dia tidak berdoa meminta suatu dosa atau memutuskan silaturrahim”. Maka ada seseorang berkata, “kalau demikian, kami akan memperbanyak (berdoa)”. Baginda menjawab, “Allah Maha Memberi”. (HR Tirmidzi)
Kelapan, pelajari dan lakukan sebab-sebab logik bagi datangnya pertolongan Allah. Pertolongan Allah tidak akan datang bagi seseorang yang tidak mahu melakukan sesuatu yang boleh mendatangkan keberhasilan, sesuai sunnatullah dalam alam semesta. Keinginan untuk lulus dalam ujian, harus disertai dengan pembelajaran yang baik. Keinginan untuk memperoleh rezeki yang banyak, harus diiringi dengan sifat cermat, tekun, disiplin, dan profesionalisme yang tinggi. Harapan kepada keadaan umat Islam berubah menuju kejayaan, harus didukung dengan usaha mendidik dan membina masyarakat muslim yang memiliki pemahaman dan komitmen agama yang baik. Sebab itulah asas dan syarat utama kemenangan umat Islam. Begitu seterusnya.
Setelah sikap-sikap di atas mampu dimiliki, maka nantikanlah pertolongan Allah yang pasti datang. Rasulullah SAW berfirman dalam sebuah hadis qudsi, “Barangsiapa yang memusuhi wali (kekasihKu), maka sungguh Aku telah mengumumkan perang terhadapnya, dan tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku dengan suatu perbuatan yang lebih Aku cintai daripada apa-apa yang telah Aku fardhukan kepadanya. Dan seorang hamba-Ku terus menerus mendekatkan diri kepada-Ku dengan ibadah sunnah sehingga Aku mencintainya. Dan apabila Aku mencintainya, Akulah pendengarannya yang dengannya dia mendengar, Akulah penglihatannya yang dengannya dia melihat, Akulah tangannya yang dengannya dia memukul, dan Akulah kakinya yang dengannya dia berjalan. Kalau dia meminta kepadku, nescaya Aku beri dan jika dia minta perlindungan kepad-Ku nescaya Aku lindungi”. (HR Muslim)
Yang paling penting, jangan diertikan bahawa pertolongan Allah itu selalu datang dalam bentuk yang sesuai dengan keinginan kita. Mungkin juga Allah memberi pertolongan tidak dalam bentuk yang kita ingini, bahkan sebaliknya. Tapi pastikan, itu adalah awal daripada sesuatu yang baik.
Pertolongan Allah itu pasti. “Jika kalian menolong( agama ) Allah, maka Allah pasti akan menolong kalian dan mengukuhkan pijakan kalian”. (QS Muhammad : 7) Firman Allah tersebut menegaskan rumusan pertolongan Allah yang bersifat timbal balik, sebagai kesinambungan daripada ketaatan yang tinggi kaum beriman. Bantuan dan pertolongan Allah tidak akan datang begitu saja. Allah tidak akan memberi bantuan itu secara percuma.
Allah SWT menghendaki bahawa pembelaan-Nya kepada orang-orang beriman terwujud dengan adanya usaha daripada diri mereka sendiri, agar mereka mencapai kematangan dari celah-celah kesulitan yang mereka alami. Seseorang akan mencapai kematangan ketika potensi dan kekuatan terpendamnya bangkit. Dan keadaan ini tidak akan wujud kecuali ketika ia berhadapan dengan marabahaya. Ketika seseorang melakukan usaha membela diri dan menghimpun seluruh tenaganya untuk sesuatu yang mengancam aqidah, prinsip dan kehidupannya, di sanalah seluruh sel kekuatannya akan bangkit.
Andai pertolongan Allah itu datang tanpa melalui susah payah, maka kenikmatan yang terjadi sesudah itu mungkin akan menjadi penghalang munculnya potensi kekuatan yang dimiliki oleh seseorang. Disamping itu bantuan Allah yang diturunkan itupun mungkin rasanya tidak begitu bernilai, lantaran tidak ada tuntutan pengorbanan yang bererti untuk memperolehinya.
Dalam perang badar misalnya, pertolongan Allah datang tatkala kaum muslimin telah membuktikan dua perkara.
Pertama, motivasi mereka sangat kuat dalam membela agama Allah, meskipun kaum muslimin ketika itu menyedari akan berhadapan dengan pasukan musuh yang jauh lebih besar dan lebih hebat berbanding mereka. Dalam perang tersebut, sejarah memperlihatkan indahnya kesungguhan dan keikhlasan para perajurit Islam dalam membela agama Allah dengan harta dan jiwa raga mereka.
Kedua, ketaatan dan kepatuhan mereka kepada pemimpin mereka Rasulullah SAW. Ketaatan tersebut dijiwai oleh Iman yang tertancap dalam dada mereka, sehingga sukar untuk dipatahkan oleh dahsyatnya pertempuran.
Pertolongan Allah pun datang pada masa yang tepat sebagai kesinambungan logik dari kedua-dua faktor di atas. Meskipun secara jumlah dan persiapan perang kaum muslimin jauh lebih lemah, namun dalam perang itu kaum muslimin memperolehi kemenangan gemilang.
Kesimpulannya, Allah menjadikan pertolongan-Nya kepada orang beriman hanya bila ada usaha daripada diri mereka sendiri. Allah tidak memberi pertolongan-Nya sebagai sesuatu yang dijatuhkan begitu saja dari langit. Apa saja usaha yang harus dilakukan sehingga kita layak mendapat pertolongan Allah?
Pertama, membersihkan niat beramal daripada segala motivasi yang tidak bersih. Itulah ikhlas. Ikhlas adalah kunci pertama yang paling penting bagi terbukanya pintu pertolongan Allah. Nilai suatu pekerjaan sangat bergantung kepada kadar keikhlasan pelakunya. Meski secara zahir suatu pekerjaan itu berat dan membela kepentingan Islam, namun apabila pelakunya tidak memiliki niat yang ikhlas, maka amalnya akan sia-sia. Kalau tidak akan mendatangkan seksa. Ada orang yang mungkin dinilai baik oleh manusia, tapi dia berniat melakukannya untuk populariti dan kepentingan duniawi. Orang seperti ini tidak akan mendapat pertolongan Allah. Dengan kata lain, wujud keikhlasan tidak boleh terlihat sekadar bila seseorang melakukan sesuatu pekerjaan yang berat dan menanggung risiko. Bahkan dalam medan jihad, dalam sebuah hadis pernah diceritakan kisah seorang pemuda yang kelihatan gagah berani di medan pertempuran. Namun, Rasulullah SAW mengatakan bahawa pemuda itu adalah penghuni neraka. Di akhir pertempuran, para sahabat mendapati pemuda itu menghunus pedangnya ke tubuhnya sendiri lantaran tidak kuat menahan kesakitan.
Kedua, berdoa dengan penuh kepasrahan kepada Allah SWT. Dalam Al-Quran disebutkan, “Berdoalah kepada Rabbmu dengan rasa takut dan suara lirih…” (QS Al-A’raaf: 55). Berdoa dengan rasa takut dan suara lirih, merupakan salah satu bentuk kesungguhan dan kepasrahan di hadapan Allah. Memanjatkan doa kepada Allah harus dilakukan dengan hati yang bersungguh-sungguh, penuh kosentrasi, sebagai bukti kerendahan dan harapan penuh kita kepada Allah SWT. Permohonan seperti ini, insya Allah akan dikabulkan. Rasulullah SAW bersabda, “Adakalanya seseorang yang rambutnya terurai dan berdebu, bahkan diusir daripada semua pintu rumah orang kerana hina dalam pandangan manusia. Namun, kalau dia sungguh-sungguh meminta kepada Allah, pasti Allah mengabulkannya”. (HR Muslim)
Ketiga, yakini bahawa kehidupan ini adalah ladang amal yang tanpa batas untuk meraih kebahagiaan di akhirat. Lingkup amal yang harus dilakukan itu meliputi seluruh waktu kehidupan seseorang. Selama ia masih hidup, selama itu pula ia diperintahkan untuk terus berusaha dan berjuang sebatas kemampuan yang dimiliki. Tidak ada ujian hidup yang melanggar kemampuan manusiawi. Dalam surah al-Baqarah, Allah telah menegaskan, “Allah tidak akan membebani seseorang kecuali sebatas kemampuannya”. Seberat manapun ujian dan kesulitan hidup, pasti masih berada dalam batas kemampuan manusia untuk memikulnya. Dan manusia dapat memikul beban tersebut, hanya dengan kualiti iman yang baik.
Keempat, hindarilah mengatakan bahawa kita sudah habis kesabaran menghadapi keadaan yang tidak sesuai. Ini kerana pada dasarnya batas kesabaran itu tidak ada. Batas kesabaran sama dengan batas manusia hidup. Dan selama itu tidak ada pernyataan bahawa kesabaran kita sudah habis. Sabar ertinya tahan menderita menghadapi perkara-perkara yang tidak menyenangkan diri dan sanggup menahan diri ketika memperoleh perkara-perkara yang menyenangkan sehingga tidak terjerumus kepada perbuatan maksiat.
Bersabar dalam penderitaan dan kesenangan menjadikan seseorang selalu dekat kepada Allah dan menjaga diri daripada segala perkara yang dapat menimbulkan kemurkaan Allah. Orang ini berhak mendapat kasih sayang Allah, sehingga menjadi hamba yang dekat dengan Allah. Pertolongan Allah pun akan sangat mungkin turun kepada hamba-hamba-Nya yang bersabar. Justeru dengan bersabarlah para salafussoleh merasai kenikmatan dalam hidup. Seperti dikatakan Umar bin Khattab, “Kami mendapatkan kebaikan hidup kami dengan bersabar”.
Ali bin Abi Talib berkata, “Ketahuilah bahawa posisi sabar bagi iman adalah seperti posisi kepala bagi tubuh. Jika kepala terputus, maka matilah badan”. Kemudian beliau meninggikan suaranya, “ketahuilah bahawa tidak beriman orang yang tidak bersabar”. Umar bin Abdul Aziz berkata, “Allah tidak memberi suatu kenikmatan kepada hamba-Nya, kemudian dia mencabutnya daripada orang itu dan menggantinya dengan sabar, maka penggantinya itu lebih baik daripada apa yang dicabut daripadanya”. Itulah pertolongan Allah.
Kelima, pantang berputus asa daripada rahmat Allah. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tiga golongan kelak tidak akan diperiksa lagi perkaranya (di akhirat). Iaitu…orang-orang yang berputus asa daripada rahmat Allah”. (HR Tabrani, Abu Ya’la, dan Bukhari dalam kitab Adab). Putus asa ialah sikap tidak mempunyai harapan baik dan masa depan. Sikap putus asa timbul pada diri orang yang kurang beriman pada kemurahan Allah SWT kepada makhluk-Nya. Lantaran keadaan tersebut, seseorang bahkan menuduh Allah tidak adil kerana menjadikan dirinya dalam kesulitan atau kesusahan. Dengan kata lain, orang yang putus asa adalah orang yang mengingkari sifat keadilan, kemurahan dan kebijaksanaan Allah kepada makhluk-Nya. Sikap ini pasti menjadikan Allah murka.
Keenam, tetap memelihara sikap istiqamah. Paling utama dengan memperbanyak ibadah dan menjauhi maksiat. Orang yang istiqamah atau berpegang teguh kepada petunjuk Allah akan selalu dituntun kepada kebenaran. Orang yang istiqamah menjalani kehidupan di dunia ini akan dibebaskan oleh Allah daripada perasaan resah, takut dan khuatir menghadapi segala ujian dan cubaan hidup. Orang sebegini akan selalu berada di bawah kasih sayang Allah. Di manapun mereka berada, mereka selalu dinaungi malaikat rahmat, kerana mereka selalu dekat dengan Allah. Orang yang dekat dengan Allah delalu didengari dan diperhatikan oleh Allah sehingga mreka merasa aman dan tenteram, tanpa sedikit pun merasa sedih dan was-was menghadapi tentangan hidup. “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan “Rabb kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqamah, maka tidak aada kekhuatiran terhadap mereka dan mereka tidak (pula) berdukacita”. (QS Al-Fushshilat: 30)
Ketujuh, jangan sekali-kali menyalahkan ketentuan Allah. Tambahan pula dilanjutkan dengan doa untuk keburukan. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak sekali-kali seorang muslim di bumi ini berdoa kepada Allah meminta suatu permintaan, melainkan Allah akan memberi apa yang dia minta atau memalingkan daripadanya suatu kejahatan yang semisal dengan permintaannya, selagi dia tidak berdoa meminta suatu dosa atau memutuskan silaturrahim”. Maka ada seseorang berkata, “kalau demikian, kami akan memperbanyak (berdoa)”. Baginda menjawab, “Allah Maha Memberi”. (HR Tirmidzi)
Kelapan, pelajari dan lakukan sebab-sebab logik bagi datangnya pertolongan Allah. Pertolongan Allah tidak akan datang bagi seseorang yang tidak mahu melakukan sesuatu yang boleh mendatangkan keberhasilan, sesuai sunnatullah dalam alam semesta. Keinginan untuk lulus dalam ujian, harus disertai dengan pembelajaran yang baik. Keinginan untuk memperoleh rezeki yang banyak, harus diiringi dengan sifat cermat, tekun, disiplin, dan profesionalisme yang tinggi. Harapan kepada keadaan umat Islam berubah menuju kejayaan, harus didukung dengan usaha mendidik dan membina masyarakat muslim yang memiliki pemahaman dan komitmen agama yang baik. Sebab itulah asas dan syarat utama kemenangan umat Islam. Begitu seterusnya.
Setelah sikap-sikap di atas mampu dimiliki, maka nantikanlah pertolongan Allah yang pasti datang. Rasulullah SAW berfirman dalam sebuah hadis qudsi, “Barangsiapa yang memusuhi wali (kekasihKu), maka sungguh Aku telah mengumumkan perang terhadapnya, dan tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku dengan suatu perbuatan yang lebih Aku cintai daripada apa-apa yang telah Aku fardhukan kepadanya. Dan seorang hamba-Ku terus menerus mendekatkan diri kepada-Ku dengan ibadah sunnah sehingga Aku mencintainya. Dan apabila Aku mencintainya, Akulah pendengarannya yang dengannya dia mendengar, Akulah penglihatannya yang dengannya dia melihat, Akulah tangannya yang dengannya dia memukul, dan Akulah kakinya yang dengannya dia berjalan. Kalau dia meminta kepadku, nescaya Aku beri dan jika dia minta perlindungan kepad-Ku nescaya Aku lindungi”. (HR Muslim)
Yang paling penting, jangan diertikan bahawa pertolongan Allah itu selalu datang dalam bentuk yang sesuai dengan keinginan kita. Mungkin juga Allah memberi pertolongan tidak dalam bentuk yang kita ingini, bahkan sebaliknya. Tapi pastikan, itu adalah awal daripada sesuatu yang baik.
Comments