Sunday, July 31

~marah~

Sahabat yang dirahmati Allah,
Semua manusia pada dasarnya memiliki sifat marah, kerana marah adalah salah satu tabiat manusia. maka agama tidak melarang marah, tetapi kita diperintahkan untuk dapat mengendalikan marah dan senantiasa menjadi pema’af.

Fiirman Allah s.w.t yang bermaksud : “Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh”
(Surah Al-A'raaf ayat 199)

Sabda Rasulullah s.a.w. yang bermaksud : "Orang yang terkuat di kalangan kamu semua ialah orang yang dapat mengalahkan hawa nafsunya di ketika dia marah dan orang yang tersabar ialah orang yang suka memberikan pengampunan di saat dia berkuasa memberikan balasan (kejahatan orang yang menyakitinya)"
(Hadis Riwayat Baihaqi)

Sabda Nabi s.a.w. lagi yang bermaksud : "Tiada seorang pun yang meneguk satu tegukan yang lebih agung pahalanya daripada tegukan berupa kemarahan yang ditahannya semata-mata mengharapkan keredhaan Allah Taala."
(Hadis Riwayat Ibnu Majah)

Al Imam Al Hasan Al Bashri rahimahullah berkata: “Empat hal, barangsiapa yang mampu mengendalikannya maka Allah akan menjaga dari syaitan dan diharamkan dari Neraka : iaitu seseorang mampu menguasai nafsunya ketika berkeinginan, cemas, syahwat dan marah.”

Setiap Muslim harus marah manakala kemuliaan Islam dihina, contohnya apabila penghinaan terhadap baginda Rasulullah s.a.w. yang dilakukan oleh orang-orang yang anti Islam.

Sedangkan kita dituntut untuk dapat mengendalikan marah sekaligus mema’afkan orang lain ketika penyebab marahnya tertuju kepada diri secara peribadi, contohnya ketika jasa seorang suami kurang dihargai isterinya maka suami tersebut hendaklah bertenang jangan cepat merasa marah.

Dalam riwayat Abu Said al-Khudri Rasulullah s.a.w bersabda maksudnya : "Sebaik-baik orang adalah yang tidak mudah marah dan cepat meredhai, sedangkan seburuk-buruk orang adalah yang cepat marah dan lambat meredhai "
(Hadis Riwayat Ahmad).

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ada seorang lelaki berkata kepada Nabi s.a.w. : “Berilah saya nasihat.” Baginga s.a.w.bersabda, “Jangan marah.” Lelaki itu terus mengulang-ulang permintaannya dan baginda tetap menjawab, “Jangan marah.”
(Hadis Riwayat Bukhari)

Sahabat yang dimuliakan,
Kemarahan adalah bara api yang ditanamkan syaitan ke dalam hati manusia, sehingga secara fizikal, kita pun dapat melihat tanda-tanda kemarahan, seperti mata menjadi merah, urat lehernya menegang, tangan gemetar sampai mengeluarkan sumpah serapah. Jika tidak dapat mengendalikan marah, maka manusia akan kehilangan akal yang sihat.

Imam Ja'far Ash-Shadiq memberikan nasihat, iaitu "Hindarilah marah, kerana hal itu akan menyebabkan kamu tercela."

Kemarahan dapat merusak keseimbangan emosi dan merusak kesihatan jasmani. Orang yang pemarah, biasanya mengalami gejala seperti sakit punggung akibat stress, susah tidur, sakit perut, degupan jantung meningkat melebihi batas.

Ada seorang lelaki yang datang menemui Rasulullah s.a.w.dan mengatakan, “Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepada saya sebuah ilmu yang boleh mendekatkan saya ke Syurga dan menjauhkan dari Neraka.” Maka baginda s.a.w.bersabda, “Jangan tumpahkan kemarahanmu. Nescaya Syurga akan kau dapatkan.” (Hadis Sahih Riwayat Thorani)

Dari Abu Hurairah r.a, bahwasanya seseorang berkata kepada Nabi s.a.w., "Berilah aku wasiat?." Nabi s.a.w. bersabda: : "Janganlah engkau marah" Orang tersebut mengulangi permintaannya hingga beberapa kali, sedang Nabi s.a.w. bersabda : " Janganlah engkau marah"
(Hadis Riwayat Bukhari).

Maka menahan marah merupakan suatu hal yang harus kita latih agar mendapatkan kenikmatan di Syurga kelak.

Terdapat lima pekara untuk mengatasi perasaan marah. Perkara-perkara tersebut adalah seperti berikut :

1. Membaca Ta'awwudz. (memohon perlindungan Allah s.w.t daripada gangguan syaitan)

Sulaiman Ibnu Sard meriwayatkan, pernah dua orang saling mencerca satu sama lainnya di hadapan Rasulullah s.a.w.. Sementara itu, kami sedang duduk di sisinya. Salah seorang dari mereka menghina yang lainnya dengan marah, hingga merah mukanya. Maka Rasulullah s.a.w.bersabda maksudnya : "Aku mengetahui suatu kalimat, jika diucapkan olehnya (laki-laki yang merah mukanya), maka akan hilang kemarahannya. Hendaklah dia berkata: A’udzubillahi minasy syaithanir rajim (maksudnya 'aku berlindung kepada Allah dari syaitan yang terkutuk).
( Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)

2. Berwudhu' .

Rasulullah s.a.w. bersabda maksudnya : " Sesungguhnya, kemarahan itu berasal dari syaitan. Dan syaitan tercipta dari api. Dan sesungguhnya, api itu dapat dipadamkan dengan air. Jika salah seorang diantara kalian marah, maka berwudhu'lah. (Hadis Riwayat Ahmad dan Abu Daud, hadis ini hasan.)

3. Duduk.

Dalam sebuah hadis Nabi s.a.w bersabda maksudnya : "Kalau kalian marah maka duduklah, kalau tidak hilang juga maka bertiduranlah"(Hadis Riwayat Abu Dawud).

Rasulullah s.a.w. bersabda maksudnya : "Jika salah seorang kalian marah dan dia dalam keadaan berdiri, maka hendaklah duduk. Jika masih belum reda marahnya, maka hendaklah berbaring.
( Hadis Riwayat Ahmad )

Hal ini kerana marah dalam berdiri lebih besar kemungkinannya melakukan keburukan dan kerusakan daripada dalam keadaan duduk. Sedangkan berbaring lebih jauh lagi dari duduk dan berdiri.

4. Diam.

Rasulullah s.a.w. bersabda maksudnya : "Jika engkau marah, maka diamlah. Jika engkau marah, maka diamlah.
(Hadis Riwayat Ahmad ) .

Banyak berbicara dalam keadaan marah tidak boleh mengawal perasaan sehingga terjatuh pada pembicaraan yang tercela dan membahayakan dirinya dan orang lain.

Dalam hadis disebutkan :“Apabila diantara kalian marah maka diamlah.” Baginda s.a.w. ucapkan tiga kali."
(Hadis Riwayat.Ahmad)

5. Bersujud (maksudnya solat sunat dua rekaat)

Nabi s.a.w bersanda maksudnya : "Ketahuilah, sesungguhnya marah itu bara api dalam hati manusia. Tidaklah engkau melihat merahnya kedua matanya dan tegangnya urat darah di lehernya? Maka barangsiapa yang mendapatkan hal itu, maka hendaklah ia meletakkan pipinya dengan tanah (sujud)."
(Hadis Riwayat Tirmidzi)

Sahabat yang dirahmati Allah,
Marah adalah salah satu sifat mazmumah yang harus di jauhi supaya kita tidak termasuk dikalangan orang yang memilikmi sifat tercela.. Sesiapa yang tidak dapat mengawal perasaan marah sebenarnya ia sedang dikuasi oleh hawa nafsu. Banyak keadaan marah boleh mendatangkan perkara buruk. Apabila seseorang itu marah, ia dibantu oleh syaitan. Syaitan adalah musuh utama manusia yang berjanji kepada Allah untuk menggoda dan memesongkan anak cucu Adam.

Walaupun perasaan marah itu banyak dihasut oleh syaitan, ada waktunya perasaan itu boleh diredakan dengan kita mengalihkan pemikiran kita kepada Allah yang sentiasa melihat kita dan apa yang kita lakukan.

Ingatlah, Allah tidak menyukai hamba-Nya berakhlak buruk, apatah lagi kesan dari akhlak buruk itu boleh mendatangkan perkara tidak baik. Amalkanlah lima perkara di atas merupakan kaedah untuk mengatasi perasaan marah yang tidak dapat dikawal. Sesungguhnya apabila kita menjauhkan diri daripada mengamalkan sikap marah atau orang yang suka marah, kita sebenarnya menjauhkan diri daripada kemurkaan Allah s.w.t dan menjadi hamba yang diredhai-Nya.

Tuesday, July 26

Renungan Bulan Ramadhan oleh Imam As-Syahid Hassan Al-Banna




Hadith Tsulasa*’: Renungan tentang Bulan Ramadhan oleh Imam As-Syahid Hassan Al-Banna


Kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah swt. Kita ucapkan selawat dan salam untuk junjungan kita Nabi Muhammad, juga untuk segenap keluarga dan sahabatnya, serta siapa sahaja yang menghidupkan & meneruskan perjuangan dakwahnya hingga hari kiamat.


Saudara & saudari yang mulia. Saya sampaikan salam penghormatan Islam, salam penghormatan dari sisi Allah, assalamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.


Pada malam ini, yang merupakan akhir bulan Sya’ban, kita hentikan slot kajian kita tentang Al-Qur’anul Karim, tentang kitab Allah swt. Insya Allah, pada sepuluh malam yang pertama bulan Syawal, kita kembali kepada tema tersebut. Setelah itu kita akan membuka slot baru dari ceramah-ceramah Ikhwan, yang temanya insya Allah: Kajian-Kajian tentang Sirah Nabi dan Tarikh Islam.

Ramadhan adalah bulan ruhi, serta saat untuk menghadapkan diri kepada Allah. Sejauh yang saya ingat, ketika bulan Ramadhan menjelang, sebagian Salafus-soleh mengucapkan selamat tinggal sesame mereka & bertemu semula ketika solat hari raya. Kerena mereka rasakan ini adalah bulan untuk menggandakan ibadah, bulan untuk melaksanakan puasa dan qiyam dan kami ingin menyendiri hanya dengan Tuhan kami.


Saudara & saudari sekalian, sebenarnya saya berupaya untuk mencari kesempatan untuk meneruskan pengajian Selasa ini pada bulan Ramadhan, tetapi saya tidak mendapatkan waktu yang sesuai. Jika sebagian besar waktu selama setahun telah digunakan untuk mengadakan kajian-kajian tentang Al-Qur’an, maka saya ingin agar waktu yang ada di bulan Ramadhan ini kita gunakan untuk melaksanakan hasil dari kajian-kajian tersebut. Apatahlagi, ramai di antara kita yang melaksanakan solat tarawih dan memanjangkannya, serta mengejar & mengambil pelunag untuk mengkhatamkan Al-Qur’an di bulan Ramadhan. Ini merupakan cara mengkhatamkan yang indah. Jibril biasa membacakan dan mendengarkan bacaan Al-Qur’an dari Nabi saw. Sekali dalam setahun.


Nabi saw. mempunyai sifat dermawan, dan sifat dermawan beliau ini paling menonjol terlihat pada bulan Ramadhan ketika Jibril membacakan dan mendengarkan bacaan Al-Qur’an beliau. Beliau lebih dermawan dan pemurah dibandingkan dengan angin yang ditiupkan. Kebiasaan membacakan dan mendengarkan bacaan Al-Qur’an ini terus berlangsung sampai pada tahun ketika Rasulullah saw dipanggil menghadap kepada Ar-afiq Al-A’la (Allah swt.), maka ketika itu Jibril membacakan dan mendengarkan bacaan Al-Qur’an beliau dua kali. Ini merupakan isyarat bagi Nabi saw. bahwa tahun ini merupakan tahun terakhir beliau hidup di dunia.


Saudara & saudari sekalian, Ramadhan adalah bulan Al-Qur’an. Rasulullah saw. pernah bersabda mengenainya, “Puasa dan Al-Qur’an itu akan memberikan syafaat kepada hamba di hari kiamat. Puasa akan berkata, ‘Ya Rabbi, aku telah menghalangi-nya dari makan dan syahwat, maka perkenankanlah aku memberikan syafa‘at untuknya.’ Sedangkan Al-Qur’an akan berkata, ‘Ya Rabbi, aku telah menghalanginya dan tidur di malam hari, maka perkenankan aku memberikan syafa’at untuknya. ‘Maka Allah memperkenankan keduanya memberikan syafaat. ” (HR. Imam Ahmad dan Ath Thabrani)


Wahai saudara & saudari, dalam diri saya terdetik satu pemikiran yang ingin saya bicarakan. Kerana kita berada di pintu masuk bulan Puasa, maka hendaklah pembicaraan dan renungan kita berkaitan dengan tema bulan Ramadhan.


Saudara & saudari sekalian, kita telah berbicara panjang lebar tentang sentuhan perasaan cinta dan persaudaraan yang dengannya Allah telah menyatukan hati kita, yang salah satu kesannya yang paling terasa adalah wujudnya pertemuan ini kerana Allah. Bila kita tidak akan berjumpa dalam satu tempoh masa, maka bukan bererti bara perasaan ini harus padam atau hilang. Kita tidak mesti melupakan prinsip-prinsip luhur tentang kemuliaan dan persaudaraan kerana Allah, yang telah dibangun oleh hati dan perasaan kita dalam majlis yang baik ini. Sebaliknya, saya yakin bahwa ia akan tetap menyala dalam jiwa sampai kita biasa berjumpa kembali setelah masa percutian ini (kuliah selasa malam yang biasa Hassan al Banna sampaikan di’cutikan’ sempena meraikan ramadhan), insyaAllah. Jika ada salah seorang dari Anda melaksanakan solat pada malam Rabu, maka saya berharap agar ia mendoakan kebaikan untuk ikhwannya. Jangan Anda lupakan ini! Kemudian saya ingin Anda selalu ingat bahwa jika hati kita merasa dahaga akan perjumpaan ini selama minggu-minggu tersebut, maka saya ingin Anda semua tahu bahwa dahaganya itu akan dipuaskan oleh mata air yang lebih utama, lebih lengkap, dan lebih tinggi, iaitu hubungan dengan Allah swt., yang merupakan cita-cita terbaik seorang mukmin bagi dirinya, di dunia maupun akhirat.


Kerana itu, saudara & saudari sekalian, hendaklah Anda semua berusaha agar hati Anda menyatu dengan Allah swt. Pada malam-malam bulan mulia ini. Sesungguhnya puasa adalah ibadah yang dikhususkan oleh Allah swt. bagi diri-Nya sendiri. “Semua amalan anak Adam adalah untuknya, kecuali puasa. la untuk-Ku dan Aku akan memberikan balasannya.”


Ini mengisyaratkan bahwa setiap amal yang dilaksanakan oleh manusia mengandung manfaat lahiriah yang bisa dilihat, dan di dalamnya terkandung semacam bagian untuk diri kita. Kadang-kadang jiwa seseorang terbiasa dengan solat, sehingga ia ingin melaksanakan banyak solat sebagai hak bagi dirinya. Kadang-kadang ia terbiasa dengan zikir, sehingga ia ingin banyak berdzikir kepada Allah sebagai hak bagi dirinya. Kadang-kadang ia terbiasa dengan menangis kerana takut kepada Allah, maka ia ingin banyak rnenangis kerana Allah sebagai memberi hak bagi dirinya. Adapun puasa, dalamnya tidak terkandung apa pun selain larangan. Ia harus melepaskan diri dari bermacam keinginan terhadap apa yang menjadi bagian dirinya. Bila kita terhalang untuk berjumpa satu sama lain, maka kita akan banyak masa kerana bermunajat kepada Allah swt. Dan berdiri di hadapan-Nya, khusus-nya ketika melaksanakan solat tarawih.


Saudara& saudari sekalian, hendaklah sentiasa ingat bahwa Anda semua berpuasa kerana melaksanakan perintah Allah swt. Maka berusahalah sungguh-sungguh untuk beserta dengan Tuhan Anda dengan hati Anda pada bulan mulia ini. Ramadhan adalah bulan keutamaan. Ia mempunyai kedudukan yang agung di sisi Allah swt. Hal ini telah dinyatakan dalam kitab-Nya, “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeza (antara yang haq dan yang batil).” (Al-Baqarah:185)


Saudara & saudari, pada akhir ayat ini Anda mendapati: “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (Al-Baqarah: 185)


Dengan penyempurnaan puasa ini, Allah swt. akan memberikan hidayah kepada hamba-Nya. Jika Allah memberikan taufiq kepada Anda untuk menyempurnakan ibadah puasa ini dalam rangka mentaati Allah, maka ia adalah hidayah dan hadiah yang patut disyukuri. “Dan hendaklah kalian mencukupkan bilangannya dan hendaklah kalian mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kalian, supaya kalian bersyukur.” (Al-Baqarah: 185)


Kemudian, lihatlah kesan dari semua ini. “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Al-Baqarah; 186)


Saudara & saudari, di sini Anda melihat bahwa Allah Yang Maha Benar meletakkan ayat ini di tempat ini untuk menunjukkan bahwa Dia swt. paling dekat kepada hamba-Nya adalah pada bulan mulia ini. Allah swt. telah menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan yang sangat istimewa. Mengenai hal ini terdapat beberapa ayat dan hadits. Nabi saw. bersabda, “Jika bulan Ramadhan datang, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, syaitan-syaitan akan dibelenggu, kemudian datang seorang penyeru dari sisi Allah Yang Mahabenar swt “Wahai pencari kejahatan, berhentilah! Dan wahai pencari kebaikan, kemarilah!”


Saudara & saudari, pintu-pintu surga dibuka, kerana manusia berlumba-lumba melaksanakan ketaatan, ibadah, dan taubat. Syaitan-syaitan dibelenggu, kerana manusia akan beralih kepada kebaikan, sehingga syaitan tidak mampu berbuat apa-apa. Hari-hari dan malam-malam Ramadhan, merupakan masa-masa kemuliaan yang diberikan oleh Al-Haq swt., agar orang-orang yang berbuat baik menambah kebaikannya dan orang-orang yang berbuat jahat mencari karnia Allah swt. sehingga Allah mengampuni mereka dan menjadikan mereka hamba-hamba yang dicintai dan didekatkan kepada Allah.


Keutamaan dan keistimewaan paling besar bulan ini adalah bahwa Allah swt. telah memilihnya menjadi waktu turunnya Al-Qur’an. Inilah keistimewaan yang dimiliki oleh bulan Ramadhan. Kerana itu, Allah swt. menyebutkannya dalam kitab-Nya.” (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an.” (Al-Baqarah: 185)


Ada kaitan antara turunnya Al-Qur’an dengan bulan Ramadhan. Kerana puasa ertinya menahan diri dari hawa nafsu dan syahwat. Ini merupakan kemenangan hakiki dalam diri manusia. Ini bererti bahwa jiwa, ruh, dan pemikiran manusia pada bulan Ramadhan akan menghindari tuntutan-tuntutan jasmani. Dalam keadaan seperti ini, ruh manusia berada di puncak kejernihannya, kerana ia tidak disibukkan oleh syahwat dan hawa nafsu. Ketika itu ia dalam keadaan paling siap untuk memahami dan menerima ilmu dari Allah swt. Kerana itu, bagi Allah, membaca Al-Qur’an merupakan Ibadah paling utama pada bulan Ramadhan yang mulia.


Pada kesempatan ini, saya akan meringkaskan untuk Anda semua pandangan-pandangan saya tentang kitab Allah swt., dalam kalimat-kalimat ringkas.


Saudara & saudari yang mulia, tujuan-tujuan asasi dalam kitab Allah swt. dan prinsip-prinsip utama yang menjadi landasan bagi petunjuk Al-Qur’an ada empat:


1. Perbaiki Aqidah

Anda mendapati bahwa Al-Qur’anul Karim banyak menjelaskan masalah aqidah dan menarik perhatian kepada apa yang seharusnya tertanam sungguh-sungguh di dalam jiwa seorang mukmin, agar ia mampu mengambil manfaatnya di dunia dan di akhirat. Keyakinan bahawa Allah swt. adalah Yang Maha Esa, Yang Mahakuasa, Yang menyandang seluruh sifat kesempurnaan dan bersih dari seluruh kekurangan. Kemudian keyakinan kepada hari akhirat, agar setiap jiwa dihisab tentang apa sahaja yang telah dikerjakan dan ditinggalkannya. Jika kita menamati ayat-ayat mengenai aqidah dalam Al-Qur’an, nescaya kita mendapati bahawa keseluruhannya mencapai lebih dari sepertiga Al-Qur’an. Allah swt. berfirman dalam surat Al-Baqarah,

“Hai manusia, beribadahlah kepada Rabb kalian Yang telah menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian, agar kalian bertaqwa. Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagi kalian dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untuk kalian; kerana itu janganlah kalian mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kalian mengetahui.” (Al-Baqarah: 21-22)


Allah swt. juga berfirman dalam surat Al-Mukminun,

“Katakanlah, Kepunyaan siapa-kah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kalian mengetahui?’ Mereka akan menjawab, ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah, ‘Maka apakah kalian tidak ingat?’ Katakanlah, ‘Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya ‘Arsy yang besar?’ Mereka akan menjawab, ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah, ‘Maka apakah kalian tidak bertaqwa?’ Katakanlah, ‘Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (adzab)-Nya, jika kalian mengetahui?’ Mereka akan menjawab, ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah, ‘(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kalian ditipu?’ Sebenar-nya Kami telah membawa kebenaran kepada mereka, dan sesungguhnya mereka benar-benar orang yang berdusta.” (Al-Mukminun: 84-90)


Allah swt. juga berfirman “Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu dan tidak pula mereka saling bertanya. Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikannya) maka mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan. Dan barangsiapa yang ringan timbangan (kebaikannya), maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahanam.” (Al-Mukminun: 101-103)


Allah swt. juga berfirman,

“Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat. Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya. Dan manusia bertanya, ‘Mengapa bumi (jadi begini)?’ Pada hari itu bumi menceritakan beritanya. Kerana sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang demikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (Az-Zalzalah: 1-8)


Allah swt. Berfirman lagi,

“Hari Kiamat. Apakah hari Kiamat itu? Tahukah kalian apakah hari Kiamat itu?” (Al-Qari’ah: 1-3) Dalam surat lain Allah berfirman, “Bermegah-megahan telah melalaikan kalian. Sampai kalian masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kalian akan mengetahui (akibat perbuatan kalian itu). Dan janganlah begitu, kelak kalian akan mengetahui.” (At-Takatsur: 1-4)


Saudara & saudari, ayat-ayat ini menjelaskan hari akhirat dengan pen-jelasan yang jitu yang mampu mengetuk dan melembutkan hati yang keras.


2. Pengaturan Ibadah


Anda juga membaca firman Allah swt. mengenai ibadah. “Dan dirikanlah solat dan tunaikanlah zakat.” (Al-Baqarah: 43) “…diwajib-kan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian.” (Al-Baqarah: 183) “…mengerjakan haji adalah kewa-jiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.” (Ali-Imran: 97) Maka aku katakan kepada mereka, “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun.” (Nuh: 10) Dan banyak lagi ayat-ayat lain mengenai ibadah.


3. Pengaturan Akhlak


Mengenai pengaturan akhlak, Anda biasa membaca firman Allah swt.

“Dan demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)-nya. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya.” (Asy-Syams: 7-8)

“…Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada dalam diri mereka sendiri.” (Ar-Ra’d:11)

“Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran. (Yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian. Dan orang-orang yang sabar kerana mencari ridha Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik). (Yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang shalih dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu. (Sambil mengucapkan), ‘Salamun ‘alaikum bima shabartum (keselamatan atasmu berkat kesabaranmu),’ maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (Ar-Ra’d: 19-24)


Wahai Akhi, Anda mendapati bahwa akhlak-akhlak mulia bertebaran dalam kitab Allah swt. dan bahwa ancaman bagi akhlak-akhlak tercela sangatlah keras.

“Dan orang-orang yang memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahanam).” (Ar-Ra’d: 25)



Inilah peraturan-peraturan tersebut, sebenarnya, peraturan-peraturan itu lebih tinggi daripada yang dikenal oleh manusia, kerana di dalamnya terkandung semua yang dikehendaki manusia untuk mengatur urusan masyarakat.



Saudara & saudari tercinta, hendaklah Anda semua menjalin hubungan dengan kitab Allah. Bermunajatlah kepada Tuhan dengan kitab Allah. Hendaklah masing-masing dari kita memperhatikan prinsip-prinsip dasar yang telah saya sebutkan ini, kerana itu akan memberikan manfaat yang banyak kepada kita. Insya Allah kita akan mendapatkan manfaat darinya.



Buat akhirnya, kuntuman salawat dan salam dilimpahkan kepada Sayidina Muhammad dan kepada segenap keluarga dan sahabatnya.

Tuesday, July 12

persahabatan


Bismillahirrahmanirrahim.
Segala puji bagi Allah, Tuhan sekelian alam. Selawat serta salam buat junjungan mulia Nabi Muhammad S.A.W. keluarga serta para sahabat dan pengikut yang istiqamah menuruti baginda hingga ke hari kiamat.

Sahabat yang dirahmati Allah,
Setiap diri muslim melalui perjalanan hidup yang berbagai ragam. Tiada berada di dalam suasana yang sama warnanya sepanjang masa. Adakalanya kita mudah melakukan kebaikan. Adakalanya kita ditimpa bencana hasutan syaitan dan perdayaan nafsu hingga menyeleweng dari keredaan Allah.

Oleh itu perkara yang berpengaruh kuat dan mampu menarik kita kembali ke jalan kebenaran adalah keteguhan persahabatan di jalan Allah SWT. Di sebabkan kekuatan luar biasa terkandung di dalam persaudaraan Islam, maka perkara yang Ar-Rasul Muhammad SAW laksanakan sewaktu di Madinah ialah mempersaudarakan golongan Mujahirin dan Ansar.

Kekuatan yang dimaksudkan adalah anugrah Allah SWT kepada setiap muslim yang merasai mereka telah terikat dengan keimanan . Allah SWT berfirman dalam surah Al-Anfaal ayat 63 bermaksud : "dan Dia (Allah) yang mempersatukan hati mereka (orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua kekayaan yang beada di bumi, nescaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".

Abu Hurairah r.a. berkata bahawa satu hari, seorang mendatangi Rasulullah S.A.W. dan berkata : "Rasulullah S.A.W. saya kelaparan" .

Rasulullah S.A.W. pun menyanyakan persediaan makanankepada para isteri baginda. Namun mereka memberitahu, bahawa tidak ada makanan sama sekali.

Lalau baginda S.A.W. berkata kepada para sahabatnya, "Semoga Allah merahmati siap pun di antara kalian yang mahu menjamunya malam ini."
"Aku yang akan menjamunya ya Rasulullah" kata seorang sahabat Ansar.
Ia pun pulang dan berkata kepada isterinya : "Siapkan makanan kepada tetamu Rasulullah ini."

"Demi Allah, makanan ini hanya cukup untuk anak-anak kita," jawab isterinya.

"Jika anak kita lapar, tidurkanlah mereka dan padamkan lampu. Biar kita menahan lapar pada malam ini," pesan sahabat tadi. Isterinya pun melakukan pesan suaminya itu.

Atas peristiwa itu, Allah menurunkan ayat surah al-Hasyr ayat 9. maksudnya : "Dan orang-orang (Ansar) yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), dan mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang di berikan kepada mereka (Muhajirin), dan mereka mengutamakan (Muhajirin), atas diri mereka sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran (bakhil), maka mereka itulah orang-orang yang beruntung."

Betapa Allah S.W.T. memberikan kemuliaan kepada sahabat Ansar yang berhati mulia, yang telah dididik oleh Rasulullah S.A.W. sanggup mengutamakan sahabat yang kelaparan dan memerlukan makanan walaupun dia, isteri dan anak-anaknya kelaparan pada malam tersebut.

Sahabat yang dimuliakan,
Pada hakikatnya serigala akan menerkam kambing yang terpisah dari kumpulannya. Sudah tentu sahabat yang soleh (baik) tidak akan membiarkan kita bersendirian. Dia akan sentiasa mengingatkan kita kepada kebaikan.

Seperkara lagi yang perlu diingat; setiap diri manusia merupakan cermin sahabatnya. Sekiranya sahabat yang kita pilih itu berakhlak mulia, maka kesannya kepada diri kita juga adalah kebaikan belaka. Sebaliknya andainya sahabat yang kita pilih itu berakhlak buruk, maka kita akan terdorong melakukan dosa dan kemungkaran.
Ibnul Qayyim mengisahkan, “Kami (murid-murid Ibnu Taimiyyah), jika kami ditimpa perasaan gundah gulana atau muncul dalam diri kami prasangka-prasangka buruk atau ketika kami merasakan sempit dalam menjalani hidup, kami segera mendatangi Ibnu Taimiyah untuk meminta nasehat. Maka dengan hanya memandang wajah beliau dan mendengarkan nasehat beliau serta merta hilang semua kegundahan yang kami rasakan dan berganti dengan perasaan lapang, segar, yakin dan tenang".
(Lihat Shahih Al Wabilush Shoyyib, antara hal. 91-96, Dar Ibnul Jauziy)

Ini bertepatan dengan maksud sabda Rasulullah SAW yang bermaksud : “Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang soleh dan orang yang jahat adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak wangi dan tukang besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak wangi olehnya, engkau boleh membeli darinya atau sekurang-kurangnya dapat baunya. Adapun berteman dengan tukang besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, paling kurang engkau dapat baunya yang tidak elok.
(Hadis Riwayat Bukhari dari Abu Musa r.a )
Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan, “Hadis ini menunjukkan larangan bersahabat dengan orang-orang yang dapat merusak agama maupun dunia kita. Dan hadis ini juga menunjukkan dorongan agar bergaul dengan orang-orang yang dapat memberikan manfaat dalam agama dan dunia."
(Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqolani, 4/324, Darul Ma’rifah, Beirut, 1379)

Banyak hadis-hadis Nabi SAW yang menjelaskan ciri-ciri sahabat yang baik.
Sabda Nabi SAW yang bermaksud :
"Barangsiapa menutup rahsia saudaranya, nescaya Allah akan menutup rahsianya di dunia dan akhirat."
(Hadis Riwayat Ibnu Majah)
Apabila kalian telah berjaya beroleh sahabat sejati berteraskan iman dan takwa, perlulah diberi perhatian terhadap langkah-langkah yang menyuburkan ikatan ukhwah tersebut :
1. Mengasihi saudara sesama Islam semata-mata kerana Allah SWT
2. Mengucap salam bila bertemu
3. Sentiasa menziarahi terutama ketika sakit
4. Sentiasa saling mendoakan
5. Menolong ketika kesempitan
6. Memenuhi jemputan
7. Memberi ucapat tahniah dan takziah
8. Saling memberi hadiah
9. Tidak memutuskan silaturahim dan memulaukan
10. Bertolak ansur dan saling memaafkan
11. Bermanis muka bila bertemu
12. Sentiasa jujur dan ikhlas inginkan kebaikan sesama saudara seislam
13. Memberi tempoh yang diperlukan untuk dia membayar balik hutangnya
14. Bersangka baik dan tidak mudah mempercayai berita fitnah mengenai dirinya
15. Membantunya mencarikan pasangan hidup yang baik jika dia belum berumahtangga

Pada hakikatnya, persahabatan yang baik memerlukan perhatian dari kita untuk mengawalnya dari dirosakkan oleh gejala-gejala liar sepertimana maksud sabda Rasulullah SAW yang bermaksud : "Janganlah kamu saling putus memutus hubungan, janganlah kamu saling berpaling tadah, janganlah kamu saling benci-membenci, janganlah kamu saling berhasad dengki. Dan jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara. Dan tidaklah halal bagi seorang muslim berpaling dari saudaranya lebih dari tiga hari". (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)

Sahabat yang dikasihi,
Setiap masa kita dituntut untuk mencari sahabat yang baik, apalagi dengan mencari pasangan hidup iaitu suami atau isteri. Pasangan suami-isteri tentu saja akan menjalani hubungan bukan hanya seketika. Bahkan suami atau isteri akan menjadi teman setiap masa. Sudah sepatutnya, kita berusaha mencari pasangan yang soleh atau solehah. Dengan ini akan membuat kita semakin teguh dalam menjalani agama.

Laut dan Dakwah – Sebuah Refleksi Jiwa

Salam sejahtera dan salam rasa dari hati… Gambar ini gambar pantai, tapi hati ini tergerak nak bercerita tentang laut. Laut yang tena...